SATU
jika nanti aku terdampar di dadamu, ijinkan detak jantungmu dendangkan syair dari puisi yang pernah aku tulis...
DUA
dalam kesempatan yang sekian , aku bersimpuh
kembali dihadapanmu, setengah berbisik dalam gemetar cengkraman aku
mengadu: "perlukah aku menangis untuk cinta..?"
TIGA
aku tahu siapa yang akan datang di mimipiku
nanti malam, karena aroma rerumputan dan helai rambutmu yang
diterbangkan angin, menulis pesan di titian kamarku, "stt.. kau tunggu
saja dulu diberanda, aku belum sepakat dengan skenario mimipinya, kita
harus bicara banyak"
EMPAT
kau memintaku kembali, namun kau kaburkan arah
ke arahmu.. kiranya kau sengaja menjebakku dengan deretan kenangan yang
menyakitkan... sedang kabut di depanku semakin tebal.
LIMA
penaku menjadi tumpul, dan kata-kataku kehilangan ruh-nya, saat puisi yang kusajikan kau tumpah tanpa kau cecap lebih dulu...
ENAM
sehelai surat cinta aku selipkan di mimpimu, nanti malam coba kau singgah kedalamnya: "aku akan jelaskan semua"
TUJUH
malam-malam yang kau janjikan untukku,
ternyata hanya menyiskan kesepian... dik, kau sengaja kau mejebakku di
sana, mungkin dendammu tak menyiskan maaf meski setitik api....