Wednesday, May 15, 2013

DUA MALAM TAK SISA DI PARAHYANGAN



Simpang Lima Bandung
Bandung.. pada satu kesempatan, kupeluk hangatnya kota lewat ketiak simpang lima.. mendesah sepanjang cikapundung.. dan terkapar tersengal di ujung stasiun.. "dik, ternyata benar kau telah meninggalkan aku.."

Asia Afrika Bandung
Bandung... di sisa pagi. melihat wajahmu dibalik tembok gedung merdeka, sembunyi senyum kau umbar di tiang bendera.. aku terperanjat,.. "begitu burukkah kau dimata orang"

Dipati Ukur Bandung
Bandung.. sesaat waktu, kau tikamkan rindu di jantung gasibu lalu berlari.. dan nanar mataku mencari tangan yang melambai diantara simpang dago dan dipati ukur..'dik, jangan pergi dulu aku belum sempat ucap selamat tinggal"

Pasteur  Bandung
Bandung.. waktu pulang. kau titipkan cinta di sepanjang surapati, meski akan berujung di sirna raga.

Friday, March 22, 2013

PUISI... AH MENYEBALKAN

SATU
jika nanti aku terdampar di dadamu, ijinkan detak jantungmu dendangkan syair dari puisi yang pernah aku tulis...

DUA
dalam kesempatan yang sekian , aku bersimpuh kembali dihadapanmu, setengah berbisik dalam gemetar cengkraman aku mengadu: "perlukah aku menangis untuk cinta..?"

TIGA
aku tahu siapa yang akan datang di mimipiku nanti malam, karena aroma rerumputan dan helai rambutmu yang diterbangkan angin, menulis pesan di titian kamarku, "stt.. kau tunggu saja dulu diberanda, aku belum sepakat dengan skenario mimipinya, kita harus bicara banyak"

EMPAT
kau memintaku kembali, namun kau kaburkan arah ke arahmu.. kiranya kau sengaja menjebakku dengan deretan kenangan yang menyakitkan... sedang kabut di depanku semakin tebal.

LIMA
penaku menjadi tumpul, dan kata-kataku kehilangan ruh-nya, saat puisi yang kusajikan kau tumpah tanpa kau cecap lebih dulu...

ENAM
sehelai surat cinta aku selipkan di mimpimu, nanti malam coba kau singgah kedalamnya: "aku akan jelaskan semua"

TUJUH
malam-malam yang kau janjikan untukku, ternyata hanya menyiskan kesepian... dik, kau sengaja kau mejebakku di sana, mungkin dendammu tak menyiskan maaf meski setitik api....

Wednesday, January 9, 2013

Dendang Januari



(antologi syair di awal tahun, dari dinding fb https://www.facebook.com/ence.sajidin )

Airmata
 
 "Kang, telah aku habiskan kata-kata untuk menulis puisi tentangmu, dan tampaknya puisi ini tak akan pernah aku sajikan.. maaf yah kang..", lirihmu dengan getar bibir menahan pedih : "Kang, kini ijinkan saja airmataku yang bercerita tentang itu semua...."

Duh,

yah, kamu yang membiarkan kesetianku berlumut cemburu, sedang sinar matamu tak lagi menghangatkannya... mungkin musim ini tak berpihak pada kita

Rakaat terakhir

kalau bukan atas namamu mungkin bibirku tak akan bertakbir dalam khusu cinta: "dik di rakaat berapa kau akan meninggalkan salam untukku"

Cemas

hanya satu kekhawatiranku di bulan pertama tahun ini: pudarnya ingatanmu tentang aku... itu saja

namun kau sebut aku pembohong

oleh Ence Ali Sajidin pada 29 November 2012 pukul 17:41 ·
segenggam rindu pernah aku taburkan di pusara kenangan kita, tadinya aku berharap wanginya tak sampai ke hadapanmu, namun kini kau datang, membawa tangkai bunga yang luruh digenggamanmu, kau mencerca tak kira, "aku pikir kau tak akan menziarahiku lagi, dulu kau ikrar tak sudi dendangkan doa-doa kasmaran kita, namun aku tahu kini..." sejenak kau usap muka, " kenangan itu tak benar kau bunuh, kau masih tiupkan ruh pada jasadnya".
aku terpojok, keringat dingin menggerimis..
"maumu apa hey lelaki penjerat dahaga?"tanyamu, "bukankah sudah cukup kita menebar dan menunggu benih kita berkecambah, berdaun dan berbuah, lalu kau dengan congkak  menuding rimbunnya pohon itu  bukan tempat yang nyaman buat kau bertuduh"
"maumu apa hey lelaki pemetik resah?" lanjutmu, "kau coba asingkan aku dengan dalih air tak surut kala purnama, bajingan kau!! kau buat perumpamaan yang tak aku mengerti, dan betapa dungunya aku mengangguk dalam keterpaksaan".
mulutku terbuka, namun cepat kau bercakap,
"maumu apa? aku kembali pangkas kenangan menyakitkan itu. bedebah, tolong jangan pernah kau berdoa untuk itu!_"
katup mulutku, kau kunci.
"Kau lelaki pembohong...cukup"

Lelaki dan doanya

oleh Ence Ali Sajidin pada 5 Desember 2012 pukul 15:32 ·
dik, engkau mungkin telah keliru memilih lelaki pendampingimu, yang memeram malam dengan impian wanita lajang. yang katanya keluar malam untuk memanah bulan, itu semua bohong dik, lelaki itu hanya pintar memetik kembang tanpa merawatnya, dia hirup aromanya tanpa peduli bunga itu akan jatuh dikakinya. dan di serambinya selalu penuh dengan sampah dara telanjang rasa, maaf selalu saja engkau yang membersihkannya.
dik, engkau selalu menyimpan bara dalam senyum dan amarah di dahimu, namun  itu semua luruh dalam usapan air wudhu-mu. bibirmu tak henti lapadkan kalimat "aku akan tetap mencintaimu kang!"
"dik, tolong robek saja catatan tentang aku" lelaki itu meminta, "kertas perjalan hidupku mungkin hanya tersisa beberapa lembaran saja, dan hanya satu pintaku:  kau mau memberikan surga ditelapak kakimu untuk anak-anakku....