namun kau sebut aku pembohong
oleh Ence Ali Sajidin pada 29 November 2012 pukul 17:41 ·
segenggam
rindu pernah aku taburkan di pusara kenangan kita, tadinya aku berharap
wanginya tak sampai ke hadapanmu, namun kini kau datang, membawa
tangkai bunga yang luruh digenggamanmu, kau mencerca tak kira, "aku
pikir kau tak akan menziarahiku lagi, dulu kau ikrar tak sudi dendangkan
doa-doa kasmaran kita, namun aku tahu kini..." sejenak kau usap muka, "
kenangan itu tak benar kau bunuh, kau masih tiupkan ruh pada
jasadnya".
aku terpojok, keringat dingin menggerimis..
"maumu apa hey lelaki penjerat dahaga?"tanyamu, "bukankah sudah cukup kita menebar dan menunggu benih kita berkecambah, berdaun dan berbuah, lalu kau dengan congkak menuding rimbunnya pohon itu bukan tempat yang nyaman buat kau bertuduh"
"maumu apa hey lelaki pemetik resah?" lanjutmu, "kau coba asingkan aku dengan dalih air tak surut kala purnama, bajingan kau!! kau buat perumpamaan yang tak aku mengerti, dan betapa dungunya aku mengangguk dalam keterpaksaan".
mulutku terbuka, namun cepat kau bercakap,
"maumu apa? aku kembali pangkas kenangan menyakitkan itu. bedebah, tolong jangan pernah kau berdoa untuk itu!_"
katup mulutku, kau kunci.
"Kau lelaki pembohong...cukup"
aku terpojok, keringat dingin menggerimis..
"maumu apa hey lelaki penjerat dahaga?"tanyamu, "bukankah sudah cukup kita menebar dan menunggu benih kita berkecambah, berdaun dan berbuah, lalu kau dengan congkak menuding rimbunnya pohon itu bukan tempat yang nyaman buat kau bertuduh"
"maumu apa hey lelaki pemetik resah?" lanjutmu, "kau coba asingkan aku dengan dalih air tak surut kala purnama, bajingan kau!! kau buat perumpamaan yang tak aku mengerti, dan betapa dungunya aku mengangguk dalam keterpaksaan".
mulutku terbuka, namun cepat kau bercakap,
"maumu apa? aku kembali pangkas kenangan menyakitkan itu. bedebah, tolong jangan pernah kau berdoa untuk itu!_"
katup mulutku, kau kunci.
"Kau lelaki pembohong...cukup"
No comments:
Post a Comment